Minggu, 05 Desember 2010

BILA ZAMAN BERGANTI, RUANG BERUBAH ...

Dalam buku KEHAMPAAN SPIRITUAL MASYARAKAT MODERN hal 261- 262 ada tulisan yang sangat menarik  tentang kisah Prof. Dr. H.A. Mukti Ali yang  dapat dijadikan renungan bersama, mudah-mudahan bagi siapa saja yang membaca dapat mengambil hikmahnya...

    " Tatkala  masih menjabat sebagai salah satu pembantu dekan di Fakultas Usuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Prof. Dr. H.A. Mukti Ali, yang waktu itu baru beberapa tahun kemabali dari Kanada setelah sukses meraih gelar doktor, mendapat promosi jabatan menjadi dekan di fakultasnya. Setelah semua proses berjalan, giliran waktunya untuk dilantik sebagai dekan, tiba-tiba saja, pada pagi hari menjelang pelantikan, datang kabar bahwa beliau tidak jadi dilantik, karena menteri agama telah mengangkat orang lain untuk menduduki jabatan dekan fakultas Usuluddin.
     Lantas, apa yang terjadi dengan Pak Mukti Ali setelah mendengar kabar pergantian mendadak itu? sudah tentu beliau kecewa. Bukankah beliau manusia biasa? Tetapi, satu hal yang sulit dipahami  banyak orang waktu itu adalah, bagaimana mungkin Surat  Keputusan Menteri yang sudah dikeluarkan bisa berubah sedemikian cepat dalam hitungan jam? inilah yang kemudian disadari oleh pak Mukti Ali bahwa, ia sedang memperoleh ujian sangat serius dari Alloh, karenanya, perubahan kebijakan itu, diterimanya dengan sikap tulus, sembari menenangkan para pendukungnya agar menerima keputusan itu secara kesatria, tanpa perlu demontrasi besar-besaran untuk membelanya. 
      Apalagi, setelah jabatan dekan tidak jadi digenggamnya, jabatan pembantu dekan pun lepas dari tangannya, sebagai akibat dari kebijakan dekan baru. kenyataan kedua ini pun tetap diterima dengan hati lapang. Akan tetapi yang menarik adalah, kurang dari tiga bulan kemudian, ia justru ditunjuk oleh Presiden RI sebagai menteri agama. Sebuah jabatan yang kelak membawahi seluruh infra struktur yang ada di IAIN, termasuk IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu."
     Apa yang dapat ditarik sebagai hikmah dalam kasus pak Mukti Ali ini? Sudah pasti Al Quran menyebutnya sebagai "mekanisme giliran" atau "perputaran nasib" manusia. ".... Dan masa (kemenangan maupun kekalahan) itu, Kami gilirkan diantara manusia (agar mereka mengambil pelajaran): supaya Alloh membedakan antara orang-orang beriman (dengan orang-orang kafir): dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya  sebagai saksi (atas sebagian yang lain). Dan Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlaku aniaya"(Q.S. Ali Imran: 140)
     Mekanisme giliran ni memperlihatkan bahwa, "perubahan ruang" dan "pergantian waktu" merupakan kelanjutan langsung dari berputarnya roda kehidupan manusia. itulah sebabnya. Dr. nurcholis majid (1993) sering mengingatkan kita bahwa, "karena hidup ini tidak selamanya di atas, maka jika berada di atas, hendaklah jangan lupa diri, melainkan kita harus membuka sedikit ruang untuk mempesimiskan keberadaan diri kita itu, dan harus pandai-pandai melihat ke bawah  sambil mengingatkan diri kita bahwa suatu saat saya bisa berada di bawah. Begitu pula sebaliknya, bahwa ketika berada di bawah, hendaklah kita tidak boleh putus asa, kita terus menerus membangun ruang optimisme, dan harus rajin menengadah ke atas sambil meyakinkan diri kita bahwa suatu saat saya bisa berada di atas "
                                                  SUBHANALLAH ....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar